Sejarah dan Pengertian Oli Mesin

Oli atau pelumas digunakan di berbagai peralatan di sekitar kita.

Oli atau pelumas memiliki peran penting dalam berbagai peralatan di sekitar kita, tidak hanya untuk menjaga performa mesin kendaraan tetapi juga untuk banyak mesin lainnya. Sebagai spesialis di bidang pelumas, TotalEnergies memahami evolusi oli dari masa ke masa hingga menjadi produk berperforma tinggi yang kita andalkan saat ini. Sejak awal keberadaannya, oli berfungsi untuk mengurangi gesekan, mendinginkan permukaan benda yang saling bersentuhan, serta melindungi komponen dari keausan. Sejak manusia pertama kali menciptakan bearing, mereka terus mencari cara agar mekanisme ini bekerja lebih efisien, salah satunya dengan menggunakan pelumas. Penggunaan bearing pertama kali diketahui berasal dari Era Tembaga (4500–3300 SM) di Mesopotamia dalam bentuk roda kereta kuda berbahan tanah liat. Meski tidak ada bukti arkeologi mengenai penggunaan oli saat itu, kemungkinan manusia memanfaatkan air, lemak hewan, atau bahkan darah untuk mengurangi gesekan pada komponen kayu.

Pada 2000 SM, bangsa Mesir menggunakan cairan pada jalur kereta untuk memudahkan transportasi patung-patung besar. Selain itu, minyak zaitun juga digunakan untuk melumasi kayu saat memindahkan batu dalam pembangunan piramida. Bukti arkeologi dari 1400 SM menunjukkan bahwa as roda kereta kuda dari masa Mesir Kuno memiliki sisa deposit sabun kalsium, yang menandakan adanya penggunaan pelumas. Sementara itu, di China, bitumen yang berasal dari tanah digunakan untuk melumasi roda tanah liat.

Bangsa Yunani dan Romawi juga memiliki teknik pelumasan tersendiri. Mereka mencampurkan jeruk nipis dan minyak zaitun untuk membuat pelumas berbasis kalsium, yang digunakan pada as roda kereta. Cato the Elder (234–149 SM) bahkan mencatat bahwa minyak zaitun yang telah dididihkan lebih dulu digunakan untuk meningkatkan viskositas pelumas.

Perkembangan Pelumas di Abad Pertengahan

Pada awalnya, pelumas umumnya berasal dari lemak hewan. Namun, di era abad pertengahan, Leonardo da Vinci membuat terobosan dengan mempelajari friksi. Ia menemukan bahwa koefisien gesekan merupakan rasio antara gaya dan beban benda, dan menyimpulkan bahwa tahanan gesekan sebanding dengan seperempat bobot benda tersebut, sesuai dengan eksperimen ilmiah modern.

Untuk mengurangi gesekan, Da Vinci mengembangkan sistem pelumasan dengan bearing roda, kemungkinan menggunakan lemak hewan atau minyak opium yang umum di Italia kala itu. Sementara itu, di Swedia pada masa pra-industri, lintah digunakan sebagai pelumas as roda berbahan kayu, sebuah praktik yang masih bertahan hingga awal abad ke-20.

Revolusi Industri dan Era Modern

Pada pertengahan abad ke-19, Revolusi Industri membawa perubahan besar dalam teknologi pelumasan. Minyak mentah mulai diproduksi dalam jumlah besar, meskipun awalnya belum banyak digunakan sebagai pelumas karena kualitasnya yang lebih rendah dibandingkan dengan oli alami. Namun, dengan ditemukannya teknik distilasi vakum pada 1869 dan perkembangan industri di awal abad ke-20, minyak mentah mulai diolah menjadi oli dengan kandungan yang dapat disesuaikan. Tahun 1920-an menjadi era perkembangan besar bagi industri pelumas, dengan kemajuan dalam pemisahan kandungan minyak. Pada 1930-an dan 1940-an, oli dengan aditif antioksidan, antikarat, serta peningkat viskositas mulai diperkenalkan, terutama untuk industri kereta api. Dekade 1950-an menandai lahirnya oli sintetis untuk keperluan aviasi dan antariksa, serta pengembangan oli multi-grade untuk kendaraan yang masih digunakan hingga sekarang. Di era modern, formulasi oli semakin kompleks dengan penggunaan bahan kimia yang dirancang di laboratorium. Berbagai aditif dikembangkan untuk mengatasi masalah-masalah pelumasan yang sebelumnya dihadapi, sehingga menghasilkan oli dengan performa lebih tinggi dan lebih tahan lama.

Share:

More Posts

Send Us A Message